Senin, 05 November 2012

contoh surat penawaran

PT MARIANI LESTARI

JL. YOS SUDARSO NO 13 TELP. 12345
SAMARINDA

 

Nomor             : 12/MA/VIII/2012                                                                 10 agustus 2012
Lampiran         :  -
Perihal             :  Penawaran Handphone

Yang terhormat,
TOKO JAYA ABADI
Jl. hasanudin no 15 samarinda

Dengan hormat,
            Dengan ini kami beritahukan bahwa kami baru memproduksi handphone dengan merk yang terbaru dengan kualitas barang yang baik dan harga yang terjangkau. Berikut kami daftarkan beberapa handphone produksi terbaru kami.
1.      Blackberry
2.      Aple
3.      Nokia
4.      Sony Ericson

Itulah beberapa merk handphone terbaru kami, kami berharap saudara memesan barang-barang kami. Atas perhatian dan kerja samanya kami ucapkan terima kasih.

     
                                                                                                      Hormat Kami



                                                                                                              Ani
                                                                                                   Manager Pemasaran

                                                                        

Kamis, 01 November 2012

asal mula lagu ampar-ampar pisang

-->
oke guys kali in saya akan ngepost tentang lagu ampar-ampar pisang dari kalimantan selatan, gimana sih asal mulanya... mau tau.... langsung aja deh kalau gitu...!!!
 
ASAL MULA TERCIPTANYA LAGU AMPAR-AMPAR PISANG
Dikalimantan ada makanan yang terbuat dari pisang,, cara mebuatnya pisang di susun / diampar hingga benar2 bahkan dibiarkan hampir matang mendekati busuk setelah itu pisang dijemur disusun/diampar di bawah sinar matahari sampai kira kira pisang mengeras dan mengeluarkan bau manis yang sangat khas,, makanan daerah kalimantan itu diebut rimpi ,, konon katanya / sejarahnya agu ampar ampar pisang ni dinyanyikan iseng iseng sembari membikin kue rimpi yang terbuat dari pisang itu,, dan isi dari lagu itu menceritakan tentang pisang yang diampar dan dikerubuti binatang kecil kecil bisa terbang yang senang dgn aroma pisang (bari bari),, trus diakhir lagu di ceritakan tentang binatang yang ditakuti anak kecil zaman dulu (dikitip bidawang) yang artinya digigit biawak ,, konon kata dikitip bidawang itu digunakan untuk menakuti anak anak yang suka mencuri pisang/ kue rimpi yang masih dalam proses penjemuran

 LEGENDA GUNUNG BATU HAPU
Tidak berapa jauh dari kota Rantau, ibu kota Kabupaten Tapin Propinsi Kalimantan Selatanterdapat dua desa bernama Tambarangan danLawahan. Menurut cerita orang tua-tua, dahulu kala di perbatasan kedua desa itu hiduplah seorang janda miskin bersama putranya. Nama janda itu Nini Kudampai, sedangkan nama putranya Angui.
Mereka tidak mempunyai keluarga dekat sehingga tidak ada yang membantu meringankan beban anak beranak itu. Walaupun demikian, Nini Kudampai tidak pernah mengeluh. Ia bekerja sekuat tenaga agar kehidupannya dengan anaknya terpenuhi.

Saat itu, Angui masih kecil sehingga ia masih senang bermain, belum ada kesadaran untuk menolong ibunya bekerja. Angui tidak mempunyai teman sebaya sebagai teman bermain. Sebagai gantinya, ia ditemani tiga ekor hewan kesayangannya, yaitu ayam jantan putih, babi putih, dan seekor anjing yang juga putih bulunya. Ke mana pun ia pergi, ketiga ekor hewan kesayangan itu selalu menyertainya. Mereka tampak sangat akrab.
Pada suatu hari, ketika Angui sedang bermain di halaman rumah, melintaslah seorang saudagar Keling. Saudagar itu amat tertarik kepada Angui setelah menatap Angui yang sedang bermain. Ia berdiri tidak begitu jauh dari tempat Angui bermain. Angui terus diamatinya. Dari hasil pengamatan itu, ia mendapatkan sesuatu yang menonjol pada penampilan Angui. Air muka Angui selalu jernih dan cerah. Ubun-ubunnya kelihatan berlembah. Dahinya lebar dan lurus. Jari-jarinya panjang dan runcing ke ujung. Di ujung-ujung jari itu terdapat kuku laki yang bagus bentuknya. Satu hal yang memikat adalah adanya tahi lalat yang dimiliki Angui. Tahi lalat seperti itu dinamakan kumbang bernaung.
Saudagar Keling mendapat firasat bahwa tanda-tanda fisik yang dimiliki Angui menunjukkan nasib balk atau keberuntungannya. Barang siapa memelihara anak itu akan bernasib mujur.
“Aku harus mendapatkan anak itu,” katanya dalam hati. Tanpa menyia-nyiakan waktu, saudagar itu segera menemui Nini Kudampai, sang ibu. Dengan keramahan dan kefasihan lidahnya berbicara selain janji-janji yang disampaikan, ia dapat menaklukkan hati Nini Kudampai. Nini Kudampai tidak keberatan jika Angui diasuh dan dipelihara saudagar itu. Angui pun amat tertarik untuk mengikuti saudagar itu pulang ke negerinya.
“Anak lbu tidak akan hilang,” kata saudagar itu meyakinkan. “Percayalah Bu, suatu saat kelak ia pasti kembali menemui ibunya, bukan sebagai Angui yang sekarang ini, tetapi sebagai orang ternama.”
Walaupun Nini Kudampai telah merelakan kepergian anaknya, ia tidak dapat menyembunyikan rasa harunya ketika akan berpisah. Kesedihan dan keharuan kian bertambah ketika Angui meminta agar ketiga hewan teman bermainnya selama ini dipelihara sebaik-baiknya oleh ibunya.
“Bu, tolong Ibu jaga babi putih, anjing putih, dan ayam putihku. Jangan Ibu sia-siakan!” kata Angui sambil mencium tangan ibunya dengan linangan air mata.
Saudagar Keling pulang ke negerinya dan tiba dengan selamat bersama Angui. Angui diasuh dan dipeliharanya, tak ubahnya memelihara anak kandung. Angui hidup bermanja-manja karena kehendaknya selalu dikabulkan orang tua asuhnya. Kemanjaan itu berakibat buruk kepadanya. Ia lupa diri dan menjadi anak nakal, pemalas, serta pemboros.
Saudagar Keling sering tercenung seorang diri.
“Firasatku ternyata salah,” katanya dalam hati, “rupanya keadaan lahir belum tentu mencerminkan sifat dan watak seseorang.”
Saudagar Keling merasa tidak mampu lagi menjadi orang tua asuh Angui. Kehadiran Angui dalam keluarga itu hanya menyusahkannya saja. Tidak ada jalan lain yang dapat ditempuh selain mengusir Angui. Saudagar Keling itu tidak mau memeliharanya lagi.
Angui amat menyesali kelakuannya selama ini. Apa dayanya karena sesal kemudian tiada guna. Ia hidup luntang-lantung tiada arah. Kesempatan baik telah disia-siakannya.
Syukurlah, lambat laun Angui mampu mengatasi keputusasaannya.
“Aku harus menjadi manusia yang berhasil,” katanya penuh tekad.
Ia menanggalkan sikap malasnya dan mau bekerja membanting tulang. Ia tidak merasa malu melakukan pekerjaan apa pun, asal pekerjaan itu halal.
Beberapa tahun kemudian, berkat kerja keras dan kejujurannya dalam bekerja, is menjadi seorang saudagar kaya. Kekayaannya tidak kalah dibanding kekayaan saudagar Keling yang pernah menjadi orang tua asuhnya. Ketenarannya melebihi saudagar Keling itu.
Akhirnya, kekayaan Angui melebihi kekayaan siapa pun di negeri Keling itu. Namanya makin terkenal setelah is berhasil menyunting putri raja Keling menjadi istrinya. Sejak menjadi menantu raja, Angui mendapat nama baru, yakni Bambang Padmaraga.
Meskipun sudah kaya, Angui alias Bambang Padmaraga sering terkenang kampung halamannya. Ia amat rindu kepada ibunya, Nini Kudampai. Ia juga teringat pada babi putih, anjing putih, dan ayam putih, ketiga teman bermain yang disayanginya. Selain itu, ia ingin memperkenalkan istrinya kepada ibunya dan menunjukkan keberhasilannya di perantauan. Ia ingin membahagiakan ibunya yang bertahun-tahun ditinggalkannya tanpa berita.
Pada suatu hari, Angui mempersiapkan sebuah kapal yang lengkap dengan anak buahnya. Tidak lupa pula bekal untuk perjalanan jauh dan cendera mata, Inang pengasuh bagi istrinya turut serta dalam pelayaran ke negerinya. Ia dan istrinya menempati sebuah bilik khusus di dalam kapal yang ditata begitu apik seperti dalam sebuah istana.
Berita kembalinya Angui dan istrinya, putri raja Keling, dengan naik kapal segera tersiar ke seluruh penjuru. Nini Kudampai pun mendengar dengan penuh rasa syukur dan sukacita. Apalagi kapal putranya itu konon merapat dan bersandar tidak berapa jauh dari kediamannya.
Legenda Gunung Batu HapuNini Kudampai segera berangkat ke pelabuhan dengan menggiring ketiga hewan piaraan teman bermain Angui, yaitu babi putih, anjing putih, dan ayam putih. Ia berharap agar Angui segera mengenalinya dengan melihat ketiga hewan itu.
Nini Kudampai pun berseru melihat Angui berdiri berdampingan dengan istrinya di atas kapal, “Anakku!”
Sebenarnya, Angui mengenali ibunya dan ketiga hewan piaraannya. Akan tetapi, ia malu mengakuinya di hadapan istrinya karena penampilan ibunya sangat kumal. Jauh berbeda dengan ia dan istrinya. Ia memalingkan muka dan memberi perintah kepada anak buahnya, “Usir perempuan jembel itu!”
Hancur Iuluh hati Nini Kudampai diusir dan dipermalukan putra kandung yang dilahirkan dan dibesarkannya. Angui mendurhakainya sebagai ibu kandung. Ibu yang malang itu segera pulang ke rumah. Tiba di rumah, is memohon kepada Yang Mahakuasa agar Angui menerima kutukan.
Belum pecah riak di bibir, begitu selesai Nini kudampai menyampaikan permohonan kepada Tuhan, topan pun mengganas. Petir dan halilintar menggelegar membelah bumi. Kilat sabung-menyabung dan langit mendadak gelap gulita. Hujan deras bagai dituang dari langit. Gelombang menggulung kapal bersama Angui dan istri serta anak buahnya. Kapal dan segenap isinya itu terdarnpar di antara Tambarangan dan Lawahan. Akhirnya, kapal dan isinya berubah menjadi batu.
Itulah sekarang yang dikenal sebagai Gunung Batu Hapu, yang telah dibenahi pemerintah menjadi objek pariwisata. Setiap saat, terutama hari libur, tempat itu banyak dikunjungi orang.



 



Lirik Lagu Kalimantan Selatan Ampar-Ampar
Ampar ampar pisang
Pisangku balum masak
Masak sabigi dihurung bari-bari
Masak sabigi dihurung bari-bari
Mangga lepak mangga lepok
Patah kayu bengkok
Bengkok dimakan api
apinya canculupan
Patah kayu bengkok
Bengkok dimakan api
apinya canculupan
Jari kaki sintak dahuluakan masak
Ampar ampar pisang
Pisangku balum masak
Masak sabigi dihurung bari-bari
Masak sabigi dihurung bari-bari
Mangga ricak mangga ricak
Patah kayu bengkok
Tanduk sapi tanduk sapi kulibir bawang
Nang mana batis kutung dikitip bidawang

ARTIKEL HEWAN DAN TUMBUHAN TINGKAT TINGGI


ARTIKEL
IPA

HEWAN DAN TUMBUHAN TINGKAT TINGGI






 
Oleh :
Mariani
M.Izmed Fauzan
Irwansyah
Khusnul Khotimah
Junaidi

DINAS PENDIDIKAN
SMK MUHAMMADIYAH SANGKULIRANG
TAHUN PEMBELAJARAN 2012/2013


KATA PENGANTAR


Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena dengankurnianya penulis dapat menyelesaikan artikel ini.artikel ini berisi tentang tumbuhan tingkat tinggi.Penulis menyadari bahwa artiel ini masih jauh dari sempurna.
oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkandemi kesempurnaan naskah ini.Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan artikel ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan yang Maha Esa senantiasa meridhoi segala usaha kita.Pengasih.


DAFTAR ISI


1.   GENJER
2.   KEONG (SIPUT)
3.   ECENG GONDOK




GENJER
Genjer
Kerajaan:
Divisi:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Limnocharitaceae (APG II)
Alismataceae (APG III)
Genus:
Spesies:
L. flava
Limnocharis flava
(L.) Buchenau
Genjer (dibaca gènjèr) atau paku rawan (Limnocharis flava) adalah sejenis tumbuhan rawa yang banyak dijumpai di sawah atau perairan dangkal. Biasanya ditemukan bersama-sama dengan eceng gondok. Genjer adalah sumber sayuran "orang miskin",
yang dimakan orang desa apabila tidak ada sayuran lain yang dapat dipanen. Dalam bahasa internasional dikenal sebagai limnocharis, sawah-flower rush, sawah-lettuce, velvetleaf, yellow bur-
head, atau cebolla de chucho. Nama "paku rawan" agak menyesatkan karena genjer sama sekali bukan anggota tumbuhan paku.
Terna tahunan yang dapat mencapai tinggi setengah meter ini mudah ditemukan di perairan dangkal seperti sawah atau rawa; rimpang tebal
dan tegak, terbenam dalam lumpur; daun tegak atau miring, tidak mengapung (berbeda dari eceng gondok), tangkainya panjang dan berlubang, helainya bervariasi bentuknya; mahkota bunga berwarna kuning dengan diameter 1.5cm, kelopak bunga hijau.
Tumbuhan ini dapat menjadi gulma sawah yang serius jika tidak ditangani segera. Pemanfaatannya dapat membantu mengendalikan populasinya. Walaupun biasanya tidak intensif dibudidayakan, perbanyakan dapat dilakukan secara vegetatif walaupun bijinya pun dapat ditanam. Tumbuhan ini berbunga sepanjang tahun.
Perannya sebagai makanan rakyat miskin digambarkan dalam lagu populer berbahasa Osing yang diciptakan oleh seniman asal Banyuwangi, Muhammad Arief, pada tahun 1940-an, Genjer-genjer.


Keong (siput)
Kingdom:
Phylum:
Class:
(unranked):
clade Heterobranchia
clade 
Euthyneura
clade 
Panpulmonata
clade 
Hygrophila
Superfamily:
Family:
Subfamily:
Genus:
Lymnaea
Lamarck, 1799[1]
KEONG (SIPUT)

Siput atau keong adalah nama umum yang diberikan untuk anggota kelas moluska Gastropoda. Dalam arti sempit, istilah ini diberikan bagi mereka yang memiliki cangkang bergelung pada tahap dewasa. Dalam arti luas, yang juga menjadi makna "Gastropoda", mencakup siput dan siput bugil (siput tanpa cangkang, dalam bahasa Jawa dikenal sebagai resrespo). Kelas Gastropoda menempati urutan kedua terbanyak dari segi jumlah spesiesanggotanya setelah Insecta (serangga). Habitat, bentuk, tingkah laku, dan anatomi siput pun sangat bervariasi di antara anggota-anggotanya.
Siput dapat ditemukan pada berbagai lingkungan yang berbeda: dari parit hingga gurun, bahkan hingga laut yang sangat dalam. Sebagian besar spesies siput adalah hewan laut. Banyak juga yang hidup di darat, air tawar, bahkan air payau. Kebanyakan siput merupakan herbivora, walaupun beberapa spesies yang hidup di darat dan laut dapat merupakan omnivora atau karnivora predator. Beberapa contoh Gastropoda adalah bekicot (Achatina fulica),siput kebun (Helix sp.), siput laut (Littorina sp.) dan siput air tawar (Limnaea sp.)

Lymnaea adalah genus dari kecil hingga berukuran besar bernapas siput air tawar, moluska gastropoda air pulmonate dalam keluarga Lymnaeidae, siput kolam.
Lynaea adalah keluarga genus jenis Lymnaeidae .
spesies
Spesies dalam genus Lymnaea meliputi:
Lymnaea acuminata
Lymnaea atkaensis Dall, 1884 - Lymnaea dingin
Lymnaea cailliaudi
Lymnaea diaphana [3]
Lymnaea emarginata Katakanlah
Lymnaea fusca (C. Pfeiffer, 1821)
Lymnaea fragilis (Linnaeus, 1758) [4]
Lymnaea kazakensis Mozley, 1934 [4]
Bargues meridensis Lymnaea, Artigas & Mas-Coma, 2011 [5]
Lymnaea stagnalis (Linnaeus, 1758) - bekicot kolam besar, spesies jenis [4]
Lymnaea tomentosa Pfeiffer, 1855
Lymnaea tomentosa hamiltoni Dell, 1956
Lymnaea vulnerata Kuster, 1862
 Sinonim:
Lymnaea columella adalah sinonim dari Pseudosuccinea columella
Lymnaea cousini [3] adalah sinonim dari Galba cousini
Cubensis Lymnaea [6] adalah sinonim dari Galba cubensis
Lymnaea neotropica Bargues et al, 2007. [6] adalah sinonim dari Galba neotropica
Lymnaea viatrix [6] adalah sinonim dari Galba viatrix
Auricularia Lymnaea adalah sinonim dari auricularia Radix
Lymnaea luteola adalah sinonim dari Radix luteola
Lymnaea natalensis adalah sinonim dari Radix natalensis
Lymnaea peregra - Berkelana siput - adalah sinonim dari Radix peregra
Ovata Lymnaea adalah sinonim dari Ovata Radix
Lymnaea palustris - Marsh bekicot - adalah sinonim dari Stagnicola palustris, atau sebagai Lymnaea sensu Correa et al.


Eceng gondok
(E. crassipes)
Kerajaan:
Divisi:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Eichhornia
Kunth
Spesies:
E. crassipes
Eichhornia crassipes
(Mart.) Solms
ECENG GONDOK

Eceng gondok atau enceng gondok (Latin:Eichhornia crassipes) adalah salah satu jenis tumbuhan air mengapung. Selain dikenal dengan nama eceng gondok, di beberapa daerah di Indonesia, eceng gondok mempunyai nama lain seperti di daerah Palembang dikenal dengan nama Kelipuk, diLampung dikenal dengan nama Ringgak, di Dayak dikenal dengan nama Ilung-ilung, di Manado dikenal dengan nama Tumpe.[1] Eceng gondok pertama kali ditemukan secara tidak sengaja oleh seorang ilmuwan bernama Carl Friedrich Philipp von Martius, seorang ahli botani berkebangsaanJerman pada tahun 1824 ketika sedang melakukan ekspedisi di Sungai Amazon Brasil.[2] Eceng gondok memiliki kecepatan tumbuh yang tinggi sehingga tumbuhan ini dianggap sebagai gulma yang dapat merusak lingkungan perairan. Eceng gondok dengan mudah menyebar melalui saluran air ke badan air lainnya.
Deskripsi
Eceng gondok sedang berbunga
Eceng gondok hidup mengapung di air dan kadang-kadang berakar dalam tanah. Tingginya sekitar 0,4 - 0,8 meter. Tidak mempunyai batang. Daunnya tunggal dan berbentuk oval. Ujung dan pangkalnya meruncing, pangkal tangkai daun menggelembung. Permukaan daunnya licin dan berwarna hijau. Bunganya termasuk bunga majemuk, berbentuk bulir, kelopaknya berbentuk tabung. Bijinya berbentuk bulat dan berwarna hitam. Buahnya kotak beruang tiga dan berwarna hijau. Akarnya merupakan akar serabut.

Habitat
Eceng gondok tumbuh di kolam-kolam dangkal, tanah basah dan rawa, aliran air yang lambat, danau, tempat penampungan air dan sungai. Tumbuhan ini dapat beradaptasi dengan perubahan yang ekstrem dari ketinggian air, arus air, dan perubahan ketersediaan nutrien, pH, temperatur dan racun-racun dalam air. Pertumbuhan eceng gondok yang cepat terutama disebabkan oleh air yang mengandung nutrien yang tinggi, terutama yang kaya akan nitrogen, fosfat dan potasium (Laporan FAO). Kandungan garam dapat menghambat pertumbuhan eceng gondok seperti yang terjadi pada danau-danau di daerah pantai Afrika Barat, di mana eceng gondok akan bertambah sepanjang musim hujan dan berkurang saat kandungan garam naik pada musim kemarau.
   Dampak Negatif
Kolam yang dipenuhi eceng gondok yang sedang berbunga
Akibat-akibat negatif yang ditimbulkan eceng gondok antara lain:
§  Meningkatnya evapotranspirasi (penguapan dan hilangnya air melalui daun-daun tanaman), karena daun-daunnya yang lebar dan serta pertumbuhannya yang cepat.
§  Menurunnya jumlah cahaya yang masuk kedalam perairan sehingga menyebabkan menurunnya tingkat kelarutan oksigen dalam air (DO: Dissolved Oxygens).
§  Tumbuhan eceng gondok yang sudah mati akan turun ke dasar perairan sehingga mempercepat terjadinya proses pendangkalan.
§  Mengganggu lalu lintas (transportasi) air, khususnya bagi masyarakat yang kehidupannya masih tergantung dari sungai seperti di pedalaman Kalimantan dan beberapa daerah lainnya.
§  Meningkatnya habitat bagi vektor penyakit pada manusia.
§  Menurunkan nilai estetika lingkungan perairan.
Penanggulangan
Karena eceng gondok dianggap sebagai gulma yang mengganggu maka berbagai cara dilakukan untuk menanggulanginya. Tindakan-tindakan yang dilakukan untuk mengatasinya antara lain:
§  Menggunakan herbisida
§  Mengangkat eceng gondok tersebut secara langsung dari lingkungan perairan
§  Menggunakan predator (hewan sebagai pemakan eceng gondok), salah satunya adalah dengan menggunakan ikan grass carp (Ctenopharyngodon idella) atau ikan koan. Ikan grass carp memakan akar eceng gondok, sehingga keseimbangan gulma di permukaan air hilang, daunnya menyentuh permukaan air sehingga terjadi dekomposisi dan kemudian dimakan ikan. Cara ini pernah dilakukan di danau Kerinci dan berhasil mengatasi eceng gondok di danau tersebut.
§  Memanfaatkan eceng gondok tersebut, misalnya sebagai bahan pembuatan kertas, kompos, biogas[, perabotan, kerajinan tangan, sebagai media pertumbuhan bagi jamur merang, dsb.



PENUTUP

Demikian yang telah kami paparkan mengenai berapa macam tumbuhan dan hewan tingkat tinggi, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungan dengan judul artikel ini.
Penulis banyak berharap para pembaca sudi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis, demi sempurnanya artikel ini dan penulisan artikel di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga artikel ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca pada umumnya