Kamis, 01 November 2012

ARTIKEL HEWAN DAN TUMBUHAN TINGKAT TINGGI


ARTIKEL
IPA

HEWAN DAN TUMBUHAN TINGKAT TINGGI






 
Oleh :
Mariani
M.Izmed Fauzan
Irwansyah
Khusnul Khotimah
Junaidi

DINAS PENDIDIKAN
SMK MUHAMMADIYAH SANGKULIRANG
TAHUN PEMBELAJARAN 2012/2013


KATA PENGANTAR


Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena dengankurnianya penulis dapat menyelesaikan artikel ini.artikel ini berisi tentang tumbuhan tingkat tinggi.Penulis menyadari bahwa artiel ini masih jauh dari sempurna.
oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkandemi kesempurnaan naskah ini.Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan artikel ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan yang Maha Esa senantiasa meridhoi segala usaha kita.Pengasih.


DAFTAR ISI


1.   GENJER
2.   KEONG (SIPUT)
3.   ECENG GONDOK




GENJER
Genjer
Kerajaan:
Divisi:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Limnocharitaceae (APG II)
Alismataceae (APG III)
Genus:
Spesies:
L. flava
Limnocharis flava
(L.) Buchenau
Genjer (dibaca gènjèr) atau paku rawan (Limnocharis flava) adalah sejenis tumbuhan rawa yang banyak dijumpai di sawah atau perairan dangkal. Biasanya ditemukan bersama-sama dengan eceng gondok. Genjer adalah sumber sayuran "orang miskin",
yang dimakan orang desa apabila tidak ada sayuran lain yang dapat dipanen. Dalam bahasa internasional dikenal sebagai limnocharis, sawah-flower rush, sawah-lettuce, velvetleaf, yellow bur-
head, atau cebolla de chucho. Nama "paku rawan" agak menyesatkan karena genjer sama sekali bukan anggota tumbuhan paku.
Terna tahunan yang dapat mencapai tinggi setengah meter ini mudah ditemukan di perairan dangkal seperti sawah atau rawa; rimpang tebal
dan tegak, terbenam dalam lumpur; daun tegak atau miring, tidak mengapung (berbeda dari eceng gondok), tangkainya panjang dan berlubang, helainya bervariasi bentuknya; mahkota bunga berwarna kuning dengan diameter 1.5cm, kelopak bunga hijau.
Tumbuhan ini dapat menjadi gulma sawah yang serius jika tidak ditangani segera. Pemanfaatannya dapat membantu mengendalikan populasinya. Walaupun biasanya tidak intensif dibudidayakan, perbanyakan dapat dilakukan secara vegetatif walaupun bijinya pun dapat ditanam. Tumbuhan ini berbunga sepanjang tahun.
Perannya sebagai makanan rakyat miskin digambarkan dalam lagu populer berbahasa Osing yang diciptakan oleh seniman asal Banyuwangi, Muhammad Arief, pada tahun 1940-an, Genjer-genjer.


Keong (siput)
Kingdom:
Phylum:
Class:
(unranked):
clade Heterobranchia
clade 
Euthyneura
clade 
Panpulmonata
clade 
Hygrophila
Superfamily:
Family:
Subfamily:
Genus:
Lymnaea
Lamarck, 1799[1]
KEONG (SIPUT)

Siput atau keong adalah nama umum yang diberikan untuk anggota kelas moluska Gastropoda. Dalam arti sempit, istilah ini diberikan bagi mereka yang memiliki cangkang bergelung pada tahap dewasa. Dalam arti luas, yang juga menjadi makna "Gastropoda", mencakup siput dan siput bugil (siput tanpa cangkang, dalam bahasa Jawa dikenal sebagai resrespo). Kelas Gastropoda menempati urutan kedua terbanyak dari segi jumlah spesiesanggotanya setelah Insecta (serangga). Habitat, bentuk, tingkah laku, dan anatomi siput pun sangat bervariasi di antara anggota-anggotanya.
Siput dapat ditemukan pada berbagai lingkungan yang berbeda: dari parit hingga gurun, bahkan hingga laut yang sangat dalam. Sebagian besar spesies siput adalah hewan laut. Banyak juga yang hidup di darat, air tawar, bahkan air payau. Kebanyakan siput merupakan herbivora, walaupun beberapa spesies yang hidup di darat dan laut dapat merupakan omnivora atau karnivora predator. Beberapa contoh Gastropoda adalah bekicot (Achatina fulica),siput kebun (Helix sp.), siput laut (Littorina sp.) dan siput air tawar (Limnaea sp.)

Lymnaea adalah genus dari kecil hingga berukuran besar bernapas siput air tawar, moluska gastropoda air pulmonate dalam keluarga Lymnaeidae, siput kolam.
Lynaea adalah keluarga genus jenis Lymnaeidae .
spesies
Spesies dalam genus Lymnaea meliputi:
Lymnaea acuminata
Lymnaea atkaensis Dall, 1884 - Lymnaea dingin
Lymnaea cailliaudi
Lymnaea diaphana [3]
Lymnaea emarginata Katakanlah
Lymnaea fusca (C. Pfeiffer, 1821)
Lymnaea fragilis (Linnaeus, 1758) [4]
Lymnaea kazakensis Mozley, 1934 [4]
Bargues meridensis Lymnaea, Artigas & Mas-Coma, 2011 [5]
Lymnaea stagnalis (Linnaeus, 1758) - bekicot kolam besar, spesies jenis [4]
Lymnaea tomentosa Pfeiffer, 1855
Lymnaea tomentosa hamiltoni Dell, 1956
Lymnaea vulnerata Kuster, 1862
 Sinonim:
Lymnaea columella adalah sinonim dari Pseudosuccinea columella
Lymnaea cousini [3] adalah sinonim dari Galba cousini
Cubensis Lymnaea [6] adalah sinonim dari Galba cubensis
Lymnaea neotropica Bargues et al, 2007. [6] adalah sinonim dari Galba neotropica
Lymnaea viatrix [6] adalah sinonim dari Galba viatrix
Auricularia Lymnaea adalah sinonim dari auricularia Radix
Lymnaea luteola adalah sinonim dari Radix luteola
Lymnaea natalensis adalah sinonim dari Radix natalensis
Lymnaea peregra - Berkelana siput - adalah sinonim dari Radix peregra
Ovata Lymnaea adalah sinonim dari Ovata Radix
Lymnaea palustris - Marsh bekicot - adalah sinonim dari Stagnicola palustris, atau sebagai Lymnaea sensu Correa et al.


Eceng gondok
(E. crassipes)
Kerajaan:
Divisi:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Eichhornia
Kunth
Spesies:
E. crassipes
Eichhornia crassipes
(Mart.) Solms
ECENG GONDOK

Eceng gondok atau enceng gondok (Latin:Eichhornia crassipes) adalah salah satu jenis tumbuhan air mengapung. Selain dikenal dengan nama eceng gondok, di beberapa daerah di Indonesia, eceng gondok mempunyai nama lain seperti di daerah Palembang dikenal dengan nama Kelipuk, diLampung dikenal dengan nama Ringgak, di Dayak dikenal dengan nama Ilung-ilung, di Manado dikenal dengan nama Tumpe.[1] Eceng gondok pertama kali ditemukan secara tidak sengaja oleh seorang ilmuwan bernama Carl Friedrich Philipp von Martius, seorang ahli botani berkebangsaanJerman pada tahun 1824 ketika sedang melakukan ekspedisi di Sungai Amazon Brasil.[2] Eceng gondok memiliki kecepatan tumbuh yang tinggi sehingga tumbuhan ini dianggap sebagai gulma yang dapat merusak lingkungan perairan. Eceng gondok dengan mudah menyebar melalui saluran air ke badan air lainnya.
Deskripsi
Eceng gondok sedang berbunga
Eceng gondok hidup mengapung di air dan kadang-kadang berakar dalam tanah. Tingginya sekitar 0,4 - 0,8 meter. Tidak mempunyai batang. Daunnya tunggal dan berbentuk oval. Ujung dan pangkalnya meruncing, pangkal tangkai daun menggelembung. Permukaan daunnya licin dan berwarna hijau. Bunganya termasuk bunga majemuk, berbentuk bulir, kelopaknya berbentuk tabung. Bijinya berbentuk bulat dan berwarna hitam. Buahnya kotak beruang tiga dan berwarna hijau. Akarnya merupakan akar serabut.

Habitat
Eceng gondok tumbuh di kolam-kolam dangkal, tanah basah dan rawa, aliran air yang lambat, danau, tempat penampungan air dan sungai. Tumbuhan ini dapat beradaptasi dengan perubahan yang ekstrem dari ketinggian air, arus air, dan perubahan ketersediaan nutrien, pH, temperatur dan racun-racun dalam air. Pertumbuhan eceng gondok yang cepat terutama disebabkan oleh air yang mengandung nutrien yang tinggi, terutama yang kaya akan nitrogen, fosfat dan potasium (Laporan FAO). Kandungan garam dapat menghambat pertumbuhan eceng gondok seperti yang terjadi pada danau-danau di daerah pantai Afrika Barat, di mana eceng gondok akan bertambah sepanjang musim hujan dan berkurang saat kandungan garam naik pada musim kemarau.
   Dampak Negatif
Kolam yang dipenuhi eceng gondok yang sedang berbunga
Akibat-akibat negatif yang ditimbulkan eceng gondok antara lain:
§  Meningkatnya evapotranspirasi (penguapan dan hilangnya air melalui daun-daun tanaman), karena daun-daunnya yang lebar dan serta pertumbuhannya yang cepat.
§  Menurunnya jumlah cahaya yang masuk kedalam perairan sehingga menyebabkan menurunnya tingkat kelarutan oksigen dalam air (DO: Dissolved Oxygens).
§  Tumbuhan eceng gondok yang sudah mati akan turun ke dasar perairan sehingga mempercepat terjadinya proses pendangkalan.
§  Mengganggu lalu lintas (transportasi) air, khususnya bagi masyarakat yang kehidupannya masih tergantung dari sungai seperti di pedalaman Kalimantan dan beberapa daerah lainnya.
§  Meningkatnya habitat bagi vektor penyakit pada manusia.
§  Menurunkan nilai estetika lingkungan perairan.
Penanggulangan
Karena eceng gondok dianggap sebagai gulma yang mengganggu maka berbagai cara dilakukan untuk menanggulanginya. Tindakan-tindakan yang dilakukan untuk mengatasinya antara lain:
§  Menggunakan herbisida
§  Mengangkat eceng gondok tersebut secara langsung dari lingkungan perairan
§  Menggunakan predator (hewan sebagai pemakan eceng gondok), salah satunya adalah dengan menggunakan ikan grass carp (Ctenopharyngodon idella) atau ikan koan. Ikan grass carp memakan akar eceng gondok, sehingga keseimbangan gulma di permukaan air hilang, daunnya menyentuh permukaan air sehingga terjadi dekomposisi dan kemudian dimakan ikan. Cara ini pernah dilakukan di danau Kerinci dan berhasil mengatasi eceng gondok di danau tersebut.
§  Memanfaatkan eceng gondok tersebut, misalnya sebagai bahan pembuatan kertas, kompos, biogas[, perabotan, kerajinan tangan, sebagai media pertumbuhan bagi jamur merang, dsb.



PENUTUP

Demikian yang telah kami paparkan mengenai berapa macam tumbuhan dan hewan tingkat tinggi, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungan dengan judul artikel ini.
Penulis banyak berharap para pembaca sudi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis, demi sempurnanya artikel ini dan penulisan artikel di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga artikel ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca pada umumnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar