Oleh :
Mariani
M.Izmed Fauzan
Irwansyah
Khusnul Khotimah
Junaidi
DINAS
PENDIDIKAN
SMK
MUHAMMADIYAH SANGKULIRANG
TAHUN
PEMBELAJARAN 2012/2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis
panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena dengankurnianya penulis dapat
menyelesaikan artikel ini.artikel ini berisi tentang tumbuhan tingkat
tinggi.Penulis menyadari bahwa artiel ini masih jauh dari sempurna.
oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkandemi
kesempurnaan naskah ini.Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan artikel ini dari
awal sampai akhir. Semoga Tuhan yang Maha Esa senantiasa meridhoi
segala usaha kita.Pengasih.
DAFTAR ISI
1.
GENJER
2.
KEONG
(SIPUT)
3.
ECENG
GONDOK
GENJER
Genjer
|
||||||||||||||
|
||||||||||||||
Genjer (dibaca gènjèr) atau paku rawan (Limnocharis flava) adalah
sejenis tumbuhan rawa yang banyak dijumpai di sawah atau perairan dangkal. Biasanya ditemukan bersama-sama dengan eceng gondok. Genjer adalah sumber sayuran "orang miskin",
yang dimakan orang desa apabila tidak ada sayuran lain yang dapat
dipanen. Dalam bahasa internasional dikenal sebagai limnocharis, sawah-flower rush, sawah-lettuce, velvetleaf, yellow bur-
head, atau cebolla de
chucho. Nama "paku rawan" agak menyesatkan karena genjer sama
sekali bukan anggota tumbuhan paku.
Terna tahunan yang dapat mencapai tinggi setengah meter ini mudah ditemukan
di perairan dangkal seperti sawah atau rawa; rimpang tebal
dan tegak, terbenam dalam lumpur; daun tegak atau miring, tidak mengapung (berbeda dari eceng gondok), tangkainya panjang dan
berlubang, helainya bervariasi bentuknya; mahkota bunga berwarna kuning dengan diameter 1.5cm, kelopak bunga hijau.
Tumbuhan ini dapat menjadi gulma sawah yang serius jika tidak ditangani segera. Pemanfaatannya dapat
membantu mengendalikan populasinya. Walaupun biasanya tidak intensif
dibudidayakan, perbanyakan dapat dilakukan secara vegetatif walaupun bijinya pun dapat ditanam. Tumbuhan ini berbunga sepanjang tahun.
Perannya sebagai makanan rakyat miskin digambarkan dalam lagu
populer berbahasa
Osing yang diciptakan oleh seniman asal Banyuwangi, Muhammad Arief, pada
tahun 1940-an, Genjer-genjer.
Keong
(siput)
|
|
Kingdom:
|
|
Phylum:
|
|
Class:
|
|
(unranked):
|
|
Superfamily:
|
|
Family:
|
|
Subfamily:
|
|
Genus:
|
KEONG (SIPUT)
Siput atau keong adalah nama umum yang diberikan untuk
anggota kelas moluska Gastropoda. Dalam arti sempit, istilah ini diberikan bagi mereka yang
memiliki cangkang bergelung pada tahap
dewasa. Dalam arti luas, yang juga menjadi makna "Gastropoda",
mencakup siput dan siput bugil (siput tanpa cangkang,
dalam bahasa Jawa dikenal sebagai resrespo).
Kelas Gastropoda menempati urutan kedua terbanyak dari segi jumlah spesiesanggotanya setelah Insecta (serangga). Habitat, bentuk, tingkah laku, dan anatomi siput pun
sangat bervariasi di antara anggota-anggotanya.
Siput dapat ditemukan pada berbagai lingkungan yang berbeda: dari
parit hingga gurun, bahkan hingga laut yang sangat dalam. Sebagian besar
spesies siput adalah hewan laut. Banyak juga yang hidup di darat, air tawar, bahkan air payau. Kebanyakan siput
merupakan herbivora, walaupun beberapa
spesies yang hidup di darat dan laut dapat merupakan omnivora atau karnivora predator. Beberapa contoh Gastropoda adalah bekicot (Achatina fulica),siput kebun (Helix sp.), siput laut (Littorina sp.) dan siput air tawar (Limnaea sp.)
Lymnaea adalah genus dari kecil hingga
berukuran besar bernapas siput air tawar, moluska gastropoda air pulmonate
dalam keluarga Lymnaeidae, siput kolam.
Lynaea adalah keluarga genus jenis Lymnaeidae
.
spesies
Spesies dalam genus Lymnaea meliputi:
Lymnaea acuminata
Lymnaea atkaensis Dall, 1884 - Lymnaea dingin
Lymnaea cailliaudi
Lymnaea diaphana [3]
Lymnaea emarginata Katakanlah
Lymnaea fusca (C. Pfeiffer, 1821)
Lymnaea fragilis (Linnaeus, 1758) [4]
Lymnaea kazakensis Mozley, 1934 [4]
Bargues meridensis Lymnaea, Artigas &
Mas-Coma, 2011 [5]
Lymnaea stagnalis (Linnaeus, 1758) - bekicot
kolam besar, spesies jenis [4]
Lymnaea tomentosa Pfeiffer, 1855
Lymnaea tomentosa hamiltoni Dell, 1956
Lymnaea vulnerata Kuster, 1862
Sinonim:
Lymnaea columella adalah sinonim dari
Pseudosuccinea columella
Lymnaea cousini [3] adalah sinonim dari Galba
cousini
Cubensis Lymnaea [6] adalah sinonim dari
Galba cubensis
Lymnaea neotropica Bargues et al, 2007. [6]
adalah sinonim dari Galba neotropica
Lymnaea viatrix [6] adalah sinonim dari Galba
viatrix
Auricularia Lymnaea adalah sinonim dari
auricularia Radix
Lymnaea luteola adalah sinonim dari Radix
luteola
Lymnaea natalensis adalah sinonim dari Radix
natalensis
Lymnaea peregra - Berkelana siput - adalah
sinonim dari Radix peregra
Ovata Lymnaea adalah sinonim dari Ovata Radix
Lymnaea palustris - Marsh bekicot - adalah
sinonim dari Stagnicola palustris, atau sebagai Lymnaea sensu Correa et al.
Eceng gondok
(E. crassipes)
|
||||||||||||||
|
||||||||||||||
ECENG GONDOK
Eceng gondok atau enceng gondok (Latin:Eichhornia crassipes)
adalah salah satu jenis tumbuhan air mengapung. Selain dikenal
dengan nama eceng gondok, di beberapa daerah di Indonesia, eceng gondok mempunyai
nama lain seperti di daerah Palembang dikenal dengan nama Kelipuk, diLampung dikenal dengan nama Ringgak, di Dayak dikenal dengan nama Ilung-ilung, di Manado dikenal dengan nama Tumpe.[1] Eceng gondok pertama kali ditemukan secara tidak sengaja oleh
seorang ilmuwan bernama Carl Friedrich Philipp
von Martius,
seorang ahli botani berkebangsaanJerman pada tahun 1824 ketika sedang melakukan ekspedisi di Sungai Amazon Brasil.[2] Eceng gondok memiliki kecepatan tumbuh yang tinggi sehingga
tumbuhan ini dianggap sebagai gulma yang dapat merusak lingkungan perairan. Eceng gondok dengan mudah
menyebar melalui saluran air ke badan air lainnya.
Deskripsi
Eceng
gondok sedang berbunga
Eceng
gondok hidup mengapung di air dan kadang-kadang berakar dalam tanah. Tingginya
sekitar 0,4 - 0,8 meter. Tidak mempunyai batang. Daunnya tunggal dan berbentuk
oval. Ujung dan pangkalnya meruncing, pangkal tangkai daun menggelembung.
Permukaan daunnya licin dan berwarna hijau. Bunganya termasuk bunga majemuk,
berbentuk bulir, kelopaknya berbentuk tabung. Bijinya berbentuk bulat dan
berwarna hitam. Buahnya kotak beruang tiga dan berwarna hijau. Akarnya
merupakan akar serabut.
Habitat
Eceng gondok tumbuh di kolam-kolam dangkal, tanah basah dan rawa,
aliran air yang lambat, danau, tempat penampungan air dan sungai. Tumbuhan ini
dapat beradaptasi dengan perubahan yang ekstrem dari ketinggian air, arus air,
dan perubahan ketersediaan nutrien, pH, temperatur dan racun-racun dalam air. Pertumbuhan eceng gondok yang cepat
terutama disebabkan oleh air yang mengandung nutrien yang tinggi, terutama yang
kaya akan nitrogen, fosfat dan potasium (Laporan FAO). Kandungan garam dapat menghambat
pertumbuhan eceng gondok seperti yang terjadi pada danau-danau di daerah pantai Afrika Barat, di mana eceng gondok
akan bertambah sepanjang musim hujan dan berkurang saat kandungan garam naik pada musim kemarau.
Dampak Negatif
Kolam
yang dipenuhi eceng gondok yang sedang berbunga
Akibat-akibat negatif yang ditimbulkan eceng gondok antara lain:
§ Meningkatnya evapotranspirasi (penguapan dan hilangnya air melalui
daun-daun tanaman), karena daun-daunnya yang lebar dan serta pertumbuhannya
yang cepat.
§ Menurunnya
jumlah cahaya yang masuk kedalam perairan sehingga menyebabkan menurunnya
tingkat kelarutan oksigen dalam air (DO: Dissolved Oxygens).
§ Tumbuhan
eceng gondok yang sudah mati akan turun ke dasar perairan sehingga mempercepat
terjadinya proses pendangkalan.
§ Mengganggu
lalu lintas (transportasi) air, khususnya bagi masyarakat yang kehidupannya
masih tergantung dari sungai seperti di pedalaman Kalimantan dan beberapa daerah lainnya.
§ Meningkatnya
habitat bagi vektor penyakit pada manusia.
§ Menurunkan
nilai estetika lingkungan perairan.
Penanggulangan
Karena eceng gondok dianggap sebagai gulma yang mengganggu maka berbagai cara dilakukan untuk
menanggulanginya. Tindakan-tindakan yang dilakukan untuk mengatasinya antara
lain:
§ Mengangkat
eceng gondok tersebut secara langsung dari lingkungan perairan
§ Menggunakan predator (hewan sebagai pemakan eceng gondok), salah
satunya adalah dengan menggunakan ikan grass carp (Ctenopharyngodon idella)
atau ikan koan. Ikan grass carp memakan akar eceng gondok, sehingga
keseimbangan gulma di permukaan air hilang, daunnya menyentuh permukaan air
sehingga terjadi dekomposisi dan kemudian dimakan ikan. Cara ini pernah
dilakukan di danau
Kerinci dan
berhasil mengatasi eceng gondok di danau tersebut.
§ Memanfaatkan
eceng gondok tersebut, misalnya sebagai bahan pembuatan kertas, kompos, biogas[,
perabotan, kerajinan tangan, sebagai media pertumbuhan bagi jamur
merang, dsb.
PENUTUP
Demikian yang telah kami
paparkan mengenai berapa macam tumbuhan dan hewan tingkat tinggi, tentunya
masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan
kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungan dengan judul artikel ini.
Penulis banyak
berharap para pembaca sudi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada
penulis, demi sempurnanya artikel ini dan penulisan artikel di
kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga artikel ini berguna bagi penulis pada
khususnya juga para pembaca pada umumnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar